Toleransi Petani Bali dan Subak - Contoh Soal AKMI

Table of Contents
Subak Bali

Soal

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) bersama Pemerintah Indonesia berkomitmen merawat dan mempertahankan kelestarian sistem pengairan pertanian Bali atau yang biasa disebut dengan "subak" sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Sistem irigasi subak telah ada sejak ribuan tahun silam dan bertahan sampai kini karena dijaga secara turun-temurun. Subak yang dikelola masyarakat adat Bali melalui mekanisme irigasi berlandaskan filosofi Tri Hita Karana (keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan) dinilai mampu menjadi contoh harmonisasi hubungan antara air dengan manusia.

Sistem subak menunjukkan bahwa masyarakat Bali telah memiliki basis nilai pengelolaan air yakni solidaritas dan konektivitas. Mereka yang hidup di hilir dan menikmati air dari hulu, juga harus bisa berterima kasih dengan masyarakat di hulu. Sistem subak menganut sistem distribusi air secara proporsional maka risiko yang ada, harus ditanggung secara bersama-sama. Misalnya pada saat air irigasi sangat kecil maka petani akan kekurangan air secara bersama-sama. Guna meminimalisasi risiko kekurangan air, petani menyusun organisasi subak dan menyepakati jadwal tanam secara ketat dalam suatu rentang waktu tertentu. Petani yang melanggar akan dikenakan denda, bahkan di Subak, Sungsang Kab. Tabanan, masih dikenakan sanksi upacara tertentu.

Isu pengelolaan air sangat kompleks karena perlu penanganan komprehensif dan dibutuhkan kerja sama lintas negara. Subak bisa menjadi contoh yang baik karena sistem pengelolaan air ini menawarkan cara yang efektif dan berkelanjutan. Dalam mengatasi berbagai tantangan isu air, butuh kolaborasi bersama, termasuk pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan petani, serta melakukan edukasi secara berkelanjutan.

Sikap petani Bali yang menggambarkan adanya toleransi dalam teks di atas dilakukan dengan cara ...

  1. Menjaga subak sebagai kearifan lokal selama beratus tahun karena memiliki basis nilai-nilai sosial budaya.
  2. Melakukan kerja sama lintas negara dalam menyelesaikan isu pengolahan air yang sangat kompleks.
  3. Menanggung risiko kekurangan air bersama-sama dengan menyepakati peraturan penanaman tertentu secara ketat.
  4. Menjalankan filosofi Tri Hita Karana (keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan) dalam sistem subak.
  5. Berkolaborasi dalam meningkatkan edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan petani.

Jawaban

c. Menanggung risiko kekurangan air bersama-sama dengan menyepakati peraturan penanaman tertentu secara ketat.

Posting Komentar